Saturday, January 26, 2008

Hidup Tanpa Doa

Setiap orang pada waktu membuka mata di pagi hari tentunya sudah diperhadapkan dengan pilihan, apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Pada waktu Komsel banyak juga dari adik2 rohani ku yang cerita dengan jujur bahwa mereka juga pernah mengalami hal yang sama. Dan aku pikir setiap dari kita pasti pernah ngalami seperti yang aku saksikan ini.

Disuatu pagi aku bangun lebih awal, dan segera terlibat kesibukan hari itu. Aku punya banyak hal yang harus diselesaikan dan harus tepat pada waktunya, sehingga aku tidak punya waktu untuk berdoa dan merenungkan Firman Tuhan. Sepertinya hari itu aku berkejar-kejaran dengan waktu, akhirnya apa yang aku alami…..? Masalah demi masalah membebaniku, dan tiap tugas yang aku kerjakan terasa semakin berat. Aku bertanya "mengapa Tuhan tidak menolongku?" Tuhan menjawab "karena kamu tidak pernah meminta…." Begitu sederhana jawaban dari Tuhan.

Sebenarnya aku ingin sekali merasakan kebahagiaan dan keindahan hari ini tanpa mengalami stress yang cukup berat, tapi hari ini berlalu dengan sulit, suram dan hampa. Aku bertanya "mengapa Tuhan tidak menuntunku?" Tuhan menjawab "karena engkau tidak meminta…." Kembali lagi jawaban Tuhan begitu sederhana.

Aku mencoba datang ke hadirat Tuhan, Aku gunakan semua anak kunciku untuk membuka, karena aku bener-bener gak kuat ngadepin hari ini, begitu berat dan melelahkan yang aku rasakan. Dengan lembut dan penuh kasih Tuhan menegur "Anak-Ku,engkau tidak
mengetuk pintu…." Aku terhenyak dengan teguran Tuhan, benar aku tidak mengetuk pintu, padahal jika aku berusaha mengetuk pintu pasti Tuhan akan bukakan buat aku, sehingga aku bisa merasakan kedamaian dan kehangatan dalam hadirat Tuhan.

Aku bangun lebih pagi hari ini, dan berhenti sejenak sebelum memasuki hari ini, aku punya banyak hal yang harus diselesaikan, Sehingga aku harus menyedikan waktu untuk berdoa.
Terkadang kita merasa rugi dengan duduk diam dihadapan Tuhan meskipun hanya sesaat, apalagi jika kita berpikir banyak tugas yang harus aku selesaikan hari ini, tapi kita lupa jika kita bergerak tanpa Tuhan berarti kita mengandalkan diri kita sendiri, sebaliknya jika kita menyertakan Tuhan dalam memulai hari kita, berarti kita menggunakan kekuatan Tuhan untuk melakukan segala sesuatunya. Dan pasti hari2 yang kita lewati akan terasa ringan.

Matius 6:33
"Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu."

Dalam renungan ini marilah kita sama-sama belajar untuk mengandalkan Tuhan sehingga hidup kita akan dibuat berhasil oleh Tuhan.
Tetap Semangat ya.........

Read More...

Friday, January 18, 2008

Life Is not VCD player..

Cerita ini adalah "kisah nyata" yang pernah terjadi di Amerika. Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut, sejenak untuk melakukan kegiatan lain.

Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya
tergores. Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman...

Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit. Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari- jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal. Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.

Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata, "Papa, aku minta maaf tentang trukmu."
Kemudian, ia bertanya, "tetapi kapan jari-jariku akan tumbuh kembali?" Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri.

Renungkan cerita di atas!

Berpikirlah dahulu sebelum kau kehilangan kesabaran kepada seseorang yang kau cintai. Truk dapat diperbaiki. Tulang yang hancur dan hati yang disakiti seringkali tidak dapat diperbaiki. Terlalu sering kita gagal untuk membedakan antara orang dan perbuatannya, kita seringkali lupa bahwa mengampuni lebih besar daripada membalas dendam.

Orang dapat berbuat salah. Tetapi, tindakan yang kita ambil dalam kemarahan akan menghantui kita selamanya. Tahan, tunda dan pikirkan sebelum mengambil tindakan.
Mengampuni dan melupakan, mengasihi satu dengan lainnya.

Ingatlah, jika kau menghakimi orang, kau tidak akan ada waktu untuk mencintainya waktu tidak dapat kembali.... Hidup bukanlah sebuah VCD PLAYER, yang dapat di
Backward dan Forward.......HIDUP hanya ada tombol PLAY dan STOP saja....
Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat membayangi kehidupan kita kelak........ yang menjadi sebuah inti hidup adalah "HATI". Hati yang dihiasi belas kasih dan cinta kasih.....CINTA KASIH merupakan nafas kehidupan kita yang sesungguhnya.........

Read More...

Kisah Terciptanya Sajak Foot Prints

Tahukah anda cerita di balik terciptanya sajak 'FOOTPRINTS' (Telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul: Jejak - Jejak kaki).

Sajak tersebut telah menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia. Namun tidak banyak orang mengetahui siapa pengarang sajak itu. Juga tidak banyak orang tahu apa latar belakang lahirnya sajak itu. Lebih-lebih lagi tidak banyak orang tahu bahwa sajak yang berjudul 'Jejak' (aslinya : 'Footprints' ) sebenarnya adalah buah pena masa berpacaran di suatu senja di tepi danau.

Pengarang sajak itu adalah Margaret Fishback, seorang guru sekolah dasar Kristen untuk anak-anak Indian di Kanada. Margaret sangat pendek dan kecil untuk ukuran orang Kanada. Tinggi badannya hanya 147 cm. Tubuhnya ramping dan wajahnya halus seperti anak kecil. Karena itu walaupun ia sudah dewasa dan sudah menjadi ibu guru ia sering diberi karcis untuk anak-anak kalau berdiri di depan loket atau kalau naik bis.

Margaret dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana hangat dan penuh kasih. Namun ada beberapa peristiwa yang terasa pahit dalam kenangan masa kecilnya. Yang pertama adalah pengalamannya ketika ia menjadi murid kelas satu sekolah dasar. Ia mempunyai kenangan buruk tentang gurunya. Margaret berlogat Jerman karena ayahnya berasal dari Jerman. Lalu tiap kali Margaret melafalkan sebuah kata Bahasa Inggris dengan logat Jerman jari-jari tangannya langsung dipukul oleh gurunya dengan sebuah tongkat kayu. Tiap hari jari-jari tangan Margaret memar kemerah-merahan. 'Jangan bicara dengan logat Jerman. Pakai logat yang betul, kalau tidak ... !' Itulah ancaman dan amarah yang didengar Margaret setiap hari. Dan ia sungguh takut. 'Tiap hari aku berangkat ke sekolah dihantui oleh rasa takut. Aku heran mengapa aku dimarahi. Apa salahku ? Apa salahnya orang berbicara dengan logat Jerman ? Baru kemudian hari aku tahu bahwa pada waktu itu sedang berlangsung Perang Dunia II, sehingga orang Jerman dibenci di Amerika dan Kanada,' ucap Margaret mengenang masa kecilnya.

Kenangan pahit lain yang diingat Margaret adalah tentang dua teman perempuannya di kelasnya. 'Aku akrab dengan semua teman dan mereka senang bermain dengan aku, kecuali dua orang teman perempuan yang kebetulan berbadan besar. Kedua teman itu sering menjahati aku. Untung ada seorang teman laki-laki yang selalu melindungi aku. Namun pada suatu hari teman laki-laki itu tidak masuk ke sekolah. Lalu kedua teman perempuan yang berbadan besar itu menjatuhkan aku dan duduk di atas perutku sambil menggelitiki aku. Aku kehabisan nafas. Untung tiba-tiba ada orang yang lewat sehingga aku dilepas. Langsung aku lari ketakutan sampai aku jatuh dan pingsan. Selama beberapa hari aku terbaring sakit. Tetapi yang lebih parah lagi, selama beberapa bulan aku ketakutan,' kenang Margaret.

Juga tentang masa dewasanya Margaret mempunyai pengalaman yang menakutkan. Pada suatu siang yang bercuaca buruk, ketika ia sedang mengajar di kelas, tiba-tiba jendela terbuka dan petir menyambar sekujur tubuh Margaret. Ia jatuh terpental di lantai. Setelah dirawat di rumah sakit, ia tetap mengidap penyakit yang tidak tersembuhkan. Urat syarafnya terganggu sehingga ia sering bergetar. Bukan mustahil semua pengalaman buruk itu turut mewarnai lahirnya sajak 'Jejak' ini, yang dikarang oleh Margaret ketika ia sudah mempunyai tunangan yang bernama Paul. Hari itu Margaret dan Paul berangkat menuju suatu tempat perkemahan di utara Toronto untuk memimpin retret. Di tengah perjalanan, mereka melewati danau Echo yang indah. 'Mari kita jalan di pantai,' usul Margaret. Dengan semangat mereka melepaskan sepatu lalu berjalan bergandengan tangan di pantai pasir.

Ketika mereka kembali dan berjalan ke arah mobil mereka, dengan jelas mereka mengenali dua pasang jejak kaki mereka di pasir pantai. Namun di tempat-tempat tertentu gelombang air telah menghapus satu pasang jejak itu. 'Hai Paul, lihat, jejak kakiku hilang,' seru Margaret. 'Itukah mungkin yang akan terjadi dalam impian pernikahan kita? Semua cita-cita kita mungkin akan lenyap disapu gelombang air,' lirih Margaret. 'Jangan berpikir begitu,' protes Paul. 'Aku malah melihat lambang yang indah. Setelah kita menikah, yang semula dua akan menjadi satu. Lihat itu, di situ jejak kaki kita masih ada lengkap dua pasang.' Mereka berjalan terus. 'Paul, lihat, di sini jejakku hilang lagi.' Paul menatap Margaret dengan tajam, 'Margie jalan hidup kita dipelihara Tuhan.

Pada saat yang susah, ketika kita sendiri tidak bisa berjalan, nanti Tuhan akan mengangkat kita. Seperti begini...' Lalu Paul mengangkat tubuh Margaret yang kecil dan ringan itu dan memutar-mutarnya. Malam itu setibanya mereka di tempat retret, Margaret yang adalah pengarang kawakan menggoreskan pena dan menuangkan ilham pengalamannya tadi di pantai. Kalimat demi kalimat mengalir. Dicoretnya sebuah kalimat, diubahnya kalimat yang lain. Ia berpikir, menulis, termenung, mencoret, menulis lagi, termenung lagi, mencoret lagi.......Seolah- olah bermimpi, dalam imajinasinya ia merasa berjalan bersama dengan Tuhan Yesus di tepi pantai. Ketika berjalan kembali ia melihat dua pasang jejak kaki, satu pasang jejaknya sendiri dan satu pasang jejak Tuhan. Tetapi... dan seterusnya. Margaret melihat lonceng. Pukul 3 pagi ! Cepat-cepat diselesaikannya tulisannya, lalu ia tidur. Keesokan harinya, begitu bangun, ia langsung membaca ulang tulisannya. Ah, belum ada judulnya. Margaret berpikir sejenak lalu membubuhkan judul 'Aku Bermimpi'. Ia mengubah beberapa kata dan kalimat. Dan lahirlah sajak yang sekarang kita kenal dengan judul 'Jejak'. Pada hari itu juga dalam kebaktian, sajak itu dibacakan Paul. Paul berkata, '... ada saat di mana kita merasa seolah-olah Tuhan meninggalkan kita. Musibah menimpa kita dan jalan hidup kita begitu sulit. Kita bertanya mengapa Tuhan tidak menolong kita? Sebenarnya Tuhan sedang menolong kita. Tuhan sedang mengangkat kita.' Lalu Paul membacakan sajak karya Margaret:

One night I dreamed a dream.
I was walking along the beach with my Lord.
Across the dark sky flashed scenes from my life.
For each scene, I noticed two sets of footprints in the sand,
One belong to me and o­ne to my Lord.

When the last scene of my life shot before me,
I looked back at the footprints in the sand.
There was o­nly o­ne set of footprints.
I realized that this was the lowest and the saddest times of my life.
This always bothered me and I questioned the Lord about my dilemma.

'Lord, You told me when I decided to follow,
You would walk and talk with me all the way.
But I'm aware that during the most troublesome times of my life,
There is o­nly o­ne set of footprints.
I just don't understand why, when I need You most, You leave me.'

He whispered, 'My precious child, I love you and will never leave you
never, ever, during your trials and testings.
When you saw o­nly o­ne set of footprints,
It was then that I carried you.'

Seluruh peserta retret duduk terpaku mendengarnya. Mereka termenung menyimak kedalaman arti yang terkandung disajak itu. Sekarangpun tiap orang termenung setiap kali membaca sajak itu. Sajak itu mengajak kita menelusuri perjalanan hidup kita. Dalam perjalanan itu telapak kaki kita dan telapak kaki Tuhan Yesus membekas bersebelahan. Tetapi pada saat-saat dimana musibah menimpa dan perjalanan menjadi sulit serta berbahaya, ternyata yang tampak hanya telapak kaki Tuhan. Telapak kaki kita tidak tampak, padahal telapak kaki Tuhan membekas dengan jelas. Mana telapak kaki kita? Telapak kaki kita tidak ada, sebab pada saat-saat seperti itu kita sedang diangkat dan digendong Tuhan.

JEJAK-JEJAK KAKI

Suatu malam aku bermimpi
Aku berjalan di tepi pantai dengan Tuhan
Di bentangan langit gelap tampak kilasan-kilasan adegan hidupku
Di tiap adegan, aku melihat dua pasang jejak kaki di pasir
Satu pasang jejak kakiku, yang lain jejak kaki Tuhan.

Ketika adegan terakhir terlintas di depanku
Aku menengok kembali pada jejak kaki di pasir.
Di situ hanya ada satu pasang jejak.
Aku mengingat kembali bahwa itu adalah bagian yang tersulit Dan paling
menyedihkan dalam hidupku.
Hal ini menganggu perasaanku maka aku bertanya Kepada Tuhan tentang
keherananku itu.

"Tuhan, Engkau berkata ketika aku berketetapan mengikut Engkau, Engkau
akan berjalan dan berbicara dengan aku sepanjang jalan,
Namun ternyata pada masa yang paling sulit
Dalam hidupku hanya ada satu pasang jejak.
Aku tidak mengerti mengapa justru pada saat aku sangat membutuhkan
Engkau,
Engkau meninggalkan aku?"

Tuhan berbisik, "Anakku yang Kukasihi
Aku mencintai kamu dan takkan meninggalkan kamu
Pada saat sulit dan penuh bahaya sekalipun.
Ketika kamu melihat hanya ada satu pasang jejak ,
ltu adalah ketika Aku menggendong kamu."

by: Margaret Fishback

Read More...

Thursday, January 17, 2008

Renungan Harian

Dalam renungan ini aku pengen tulis semua hal yang sedang aku renungkan dalam kehidupan ini, baik hari kemaren yang sudah kita lalui, hari ini yang sedang kita lalui ataupun mungkin hari esok yang akan kita lalui, semua hal itu perlu kita renungkan supaya kita beroleh hikmat dan kebijaksanaan.

Dalam Firman Tuhan juga dikatakan Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab taurat ini,tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis didalamnya. Sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.

• Menikmati Proses
• Hidup Tanpa Doa
• Pembentukan Hidup
• Tekanan Menghasilkan Kebenaran

Read More...

Saturday, January 12, 2008

Categories Rohani

Tanpa terasa sekarang kita sudah mulai memasuki tahun yang baru, bahkan kita telah melalui sepekan di awal tahun 2008 ini, di tahun kemaren kita mungkin sempat berpikir apakah kita bisa memasuki tahun depan yaitu tahun 2008? Begitu banyak ketakutan dan kekhawatiran yang mungkin singgah dalam pikiran kita, karena begitu banyak orang yang memprediksikan tahun 2008 adalah tahun yang sulit. Pada saat permulaan kita memasuki tahun 2007 mungkin begitu banyak rencana maupun impian yang ingin kita wujud kan tapi pada kenyataannya mungkin tidak ada satupun yang bisa terealisasi, akhirnya sebagian dari kita mulai menyerah dan membiarkan apa yang kita cita-citakan tetap menjadi Impian saja tanpa benar-benar berusaha untuk mewujudkannya.

Lantas apa yang menyebabkan kita tidak bisa merealisasikan Impian kita ? bukankah kita sudah menginginkannya sejak lama bahkan sudah merencanakan berbagai cara maupun strategi untuk mencapainya dan sudah bekerja keras untuk mengejarnya ? mungkin itu yang menyebabkan kita tidak optimis menapaki tahun 2008.Pada saat pikiran itu datang mungkin kita perlu kembali merenungkan Firman Tuhan dimana di katakan “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” karena itu memasuki tahun yang baru mari kita pegang janji Tuhan ini dan “Janganlah hendaknya kerajinan mu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” Tuhan pasti akan memberikan sesuatu yang baru buat kita, bukan yang lama diperbaharui tapi benar-benar sesuatu yang baru sesuai dengan tema tahun ini “ The New Beginning

Maka percayalah tahun ini kita masuki tahun yang baru dengan pikiran yang baru maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaran mu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang akan menyebut engkau dengan nama yang baru yang akan ditentukan oleh Tuhan sendiri. Dengan selalu berpegang pada Firman Tuhan percayalah hidup kita pasti akan diubahkan.

RECHARGE YOUR SOUL

Read More...
|
Quote of the Day