Saturday, July 28, 2007

Persembahan Buat Tuhan

"I hate this job. I hate this job. "
Nggak tahu deh, udah berapa kali kalimat ini terus menerus aku ulang-ulang dalam hati. Rasanya kekesalan demi kekesalan semakin bertumpuk dalam hati. Dan yang lebih ngeselin lagi, semakin aku kesal, semakin semua pekerjaan ini terasa berat.

Benciiii!!!!! Benciiii!!!! Apalagi yang harus dikatakan supaya bisa lebih lega.

Ternyata apapun yang aku katakan bukannya bikin lega, tapi malah bikin sumpek. Gimana nggak ???
Hari pertama masuk kantor, nggak ada yang tersenyum, nggak ada yang menyapa apalagi ngajak ngobrol (dan ternyata setelah beberapa hari kerja, aku baru tahu kalau katanya ada juklak yang mengatur bahwa karyawan dilarang ngobrol waktu jam kerja, ajaib!!), semua berwajah serius. Satu-satunya yang melegakan hati hanya seorang teman baru yang sama-sama baru diterima di kantor. Oke deh, lupakan hari pertama. Dimana-mana juga biasanya orang kalo hari pertama kerja memang unforgettable. Waktu itu aku cuma berharap semoga esoknya nggak akan seburuk itu.

But,....ternyata tidak! "Christy, buat laporan ini ! laporan itu. Semua harus selesai dalam 1 jam!
Ingat ya, setiap tugas dari saya, apapun itu harus selesai dalam 1 x 24 jam !!"
"Christy! Kalau telponnya bunyi, jangan sampai kring lebih dari dua kali! Harus sudah kamu angkat!" Fiuhh ? galak amat. Memang sih ngomongnya sambil senyum (hambar), tapi dalem boo... "Wah, saya nggak tahu data itu ada dimana. Tanya aja sama yang lain".
"Lho, itu kan yang tahu orang cabang Balik papan atau Banjarmasin kejar aja kesana". Gile benerrr. Untuk minta data aja susahnya minta ampun. Gimana bisa bikin laporan. Aku bener-bener nggak ngerti kenapa suasana kantor bisa seperti ini. Orang-orangnya susah diajak kerja sama, self defense tinggi, gampang saling menyalahkan, wah bener-bener lingkungan kerja yang tidak nyaman.

Ini yang salah apanya ya ? SDM-nya kah? Management-nya kah?Lingkungannya? Jenis pekerjaannya kah ? Atau apanya? Kayaknya semakin hari bukannya semakin baik, tapi malah semakin buruk. Tiap hari ada saja hal-hal 'mengagumkan' yang kutemukan. Pulang jam setengah enam merupakan hal 'aneh' (padahal jam kerja hanya sampai jam 5), katanya ada perhitungan lembur, tapi kalau hanya sampai jam setengah delapan istilahnya itu kan masih sore, masak mau ngurus surat lembur. Sabtu Minggu katanya libur, tapi kebanyakan dipakai untuk lembur. Uang lembur nggak jelas kapan keluarnya, katanya sih sekitar 3-4 bulan kemudian. Satu hal yang paling nggak 'sreg' di hatiku, setiap kali meeting pasti memakan waktu lama. Dan lamanya itu bukan untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada, tapi selalu mencari 'siapa yang salah'. Pokoknya, pada saat meeting, jangan sampai kita salah menyebut nama orang lain.
Siapapun itu pasti langsung dipanggil menghadap saat itu juga. Jadi, sering kali waktu terbuang percuma hanya untuk mendengarkan pembelaan diri dan ucapan-ucapan yang saling menyalahkan, dan ujung-ujungnya... tidak ada solusi. Jadi kebayang, seandainya waktu itu ada yang minta aku untuk buat list 'Ten things you hate about your company' mungkin aku bisa bikin sampai 100.

Pokoknya the point is : I hate this job! Wake up girl ? ! You pray for this job, remember!! Iya sih. Memang betul. Tapi keadaan ini bener-bener bikin aku tertekan. Aku ingat komitmen-ku pada Tuhan. Apapun itu Tuhan, bagaimanapun kehidupan yang harus kujalani, selama itu membuat aku semakin dekat denganMu, aku akan menjalaninya dengan sukacita. Tapi kalau seperti ini? Setiap pulang, sampai rumah aku sudah 'terlalu capek' untuk berdoa dan membaca firman. Saat teduhku jadi super bolong bolong. Kalau di rumah, bawaannya marah melulu. Kenapa rasanya nggak ada yang ngerti. "There's gotta be something more than this". Kalimat ini terus terngiang-ngiang di telingaku.

Masak sih, aku harus hidup kayak gini terus. Tuhan, kenapa sih Engkau menempatkan aku di tempat seperti ini? Pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidang pendidikanku, suasana kerja yang nggak enak, tempat kerja yang jauh, waktu kerja yang nggak jelas. Aduhhh ? kenapa Tuhan ?
Rasanya setiap hari yang ada hanya keluhan.

Di tengah-tengah kejenuhan yang sudah memuncak, satu hari Tuhan menegurku dengan suatu nyanyian yang sudah 'terlalu sering' dinyanyikan sehingga kadang-kadang kita lupa 'mendengarkan' dengan sungguh-sungguh.

Hitung berkat satu per satu
Kau kan kagum oleh kasihNya
Berkat Tuhan mari hitunglah
Kau niscaya kagum oleh kasihNya Aku tersentak.

Memang benar, there's gotta be something more than this. Hidup nggak boleh begini terus. Tapi hidup nggak akan berubah kalau aku sendiri nggak merubah cara pandangku. So, aku mulai menghitung berkatku. Hari pertama kerja. Seorang satpam menyapa ramah, "Hari ini udah mulai masuk ya mbak".
Seorang office boy tersenyum, "Wah, mbak iki ayu rek .."
Aku mendapatkan seorang sahabat baru, bisa berbagi suka duka dan saling menguatkan.
Di antara Operational Director dan Deputy Director yang menjadi atasan langsungku, walaupun yang satu galak dan tidak pernah puas, tapi yang satu ramah dan baik dan selalu memberikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang berhasil aku selesaikan dengan baik. Dan aku terus menghitung, setiap senyuman adalah berkat, setiap pujian adalah sukacita, setiap tugas dan pekerjaan adalah kepercayaan. I have to change. Setiap pagi aku tersenyum pada setiap orang yang kutemui. Kuucapkan selamat pagi dengan senyuman (walaupun sering kali tidak ada balasan), setidaknya seorang sahabat pasti selalu membalas. Dan, hei ? rasanya banyak yang berubah.

Memang benar bahwa hidup ini merupakan suatu chain reaction. Dan di tengah-tengah suasana kerja yang kurang nyaman itu mulai tumbuh bunga-bunga persahabatan. Memang kita tak dapat merubah seluruh dunia hanya dalam sekejap. Tapi setiap perubahan ke arah yang lebih baik adalah berkat. Rekan-rekan kerja mulai lebih terbuka dan saling membantu dalam pekerjaan. Syukur atas talenta yang diberikan Tuhan, aku memang punya sedikit kemampuan lebih di bidang komputer sehingga banyak rekan-rekan yang sering bertanya. Dari saling membantu itulah akhirnya suasana kerja yang kaku mulai cair.

Dan betapa bahagianya ketika suatu hari kemudian Tuhan menyapaku lembut,
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga"
(Matius 5 : 16)

Namun tak bisa dipungkiri, sistem perusahaan yang begitu menekan tetap mendorongku untuk berusaha mencari pekerjaan lain. Hanya dalam waktu 3 bulan, tiba-tiba aku mendapat panggilan dari perusahaan lain, dan hanya dengan satu kali test, mereka memutuskan untuk menerima aku. Sungguh-sungguh suatu berkat yang tak terduga. Apalagi di kantor baru tersebut aku ditempatkan di bagian IT Support & Multimedia, yang memang lebih sesuai dengan bidang pendidikanku. Ketika aku mengajukan pengunduran diri, salah satu bosku yang sudah merasa cocok denganku berusaha mempertahanku. Namun dengan tekad yang sudah bulat aku memutuskan untuk tetap memilih perusahaan baru walaupun perusahaan tersebut jauh lebih kecil daripada perusahaan tempat aku bekerja saat itu. Dan untuk menunjukkan niat baikku, selama dua minggu terakhir, aku berusaha menyelesaikan sebanyak mungkin pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Lembur tanpa mengurus surat lembur. Aku ingin melakukan yang terbaik. Yang terbaik yang dapat aku berikan.

Sampai tibalah hari terakhir aku bekerja, aku mendapat informasi bahwa Berita Acara Serah Terima pekerjaanku belum ditandatangani oleh sang boss, baru ditandatangani 2/4 minggu kemudian, dan setelah itu baru aku bisa menerima ijazah dan gajiku.
Ada perasaan marah ketika menyadari bahwa ternyata semua kerja kerasku tidak berarti apa-apa. Tapi Tuhan memang baik sekali.

Dia tidak memperbolehkan kemarahanku merusak pekerjaan terbaik yang telah kupersembahkan. Aku telah melakukan yang terbaik karena Tuhan sendiri yang telah memampukanku, jadi kalaupun ternyata ada beberapa orang yang tak dapat menghargainya, kenapa aku harus berkecil hati? Aku melakukannya karena Tuhan, bersama Tuhan dan untuk Tuhan. Dan untuk itu Ia telah menyediakan hadiah yang jauh lebih indah. Berkat-berkat yang menyirami hati.
Di hari terakhir itu; Seorang sahabat memelukku. Seorang rekan kerja memutar lagu kesayanganku sepanjang hari. Seorang lagi membuat sketsa wajahku. Aku menerima banyak ucapan terima kasih dari rekan-rekan kerja bahkan dari departemen lain.
Dan seorang office boy menangis menyalamiku sambil berkata,"Mbak, terima kasih ya karena selalu tersenyum kalau ketemu saya ?"
Dan ketika seorang ibu deputy director dari departemen lain (yang sehari-harinya terkenal judes, but somehow aku yakin hatinya penuh kasih) memeluk dan menciumku sambil mengucapkan doa dan berkat buatku, dalam hatiku aku memperbaharui kembali janjiku pada Tuhan.

Bapa, dimanapun aku Kau tempatkan,
apapun pekerjaanku,
selama itu membuatku lebih dekat denganMu dan menyenangkan hatiMu,
aku akan melakukannya dengan segenap hatiku dan dengan segenap kemampuanku,
sebagai persembahanku untukMu.

Memang kita tidak dapat merubah segalanya. Tapi jika kita menyadari bahwa setiap tanggung jawab yang diletakkan di tangan kita adalah suatu pekerjaan buat Tuhan, maka sudah sepantasnyalah kita melakukan yang terbaik.

So guys,
kalau saat ini kamu merasa Pekerjaanmu tidak terlalu berarti?
Lingkungan kerjamu benar-benar tidak nyaman?
Perusahaan berlaku tidak adil padamu?
Rekan-rekan kerjamu saling menjatuhkan?
Kerja kerasmu sia-sia ? Jangan pernah berkecil hati. Selama engkau sungguh-sungguh menyadari bahwa engkau telah memberikan yang terbaik, engkau telah berlaku jujur dan setia dalam pekerjaanmu, ingatlah, Bapamu di surga selalu memperhatikan engkau. Dan Ia tersenyum padamu.

"Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia".
I Korintus 15:58b.

Karena itu, marilah kita mulai pekerjaan kita hari ini dengan senyuman dan sukacita di hati, sehingga di akhir hari kita dapat menjawab pertanyaan seperti yang tertuang dalam sebuah kidung, "Sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Tuhanku ?"

"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia".
Kolose 3 : 23

Oleh: Angela Christy

0 Comments:

|
Quote of the Day