Saturday, July 28, 2007

Kisah 57 sen

Seorang gadis kecil berdiri terisak dipintu gereja kecil, ia baru saja ditolak masuk kegereja tersebut karena "sudah terlalu penuh" Seorang pastor lewat didekatnya dan menanyakan kenapa si gadis kecil menangis. "saya tidak dapat kesekolah minggu" kata si gadis kecil. Melihat penampilan gadis kecil yang kotor dan tidak terurus, sang pastor mengerti sebab penolakan si gadis kecil untuk ke sekolah minggu. Segera dituntunnya gadis kecil itu keruang sekolah minggu digereja dan dicarikannya tempat duduk yang masih kosong.

Sang gadis kecil sangat tergugah perasaannya, sebelum tidur dia selalu memikirkan anak miskin lainnya yang senasib dengannya, yang seolah tidak mempunyai tempat untuk memuliakan Tuhan Yesus.

Sejak saat itu, gadis kecil itu berkawan dengan sang pastor. Dua tahun kemudian si gadis kecil meninggal ditempat tinggalnya didaerah kumuh. Orang tuanya meminta bantuan sang pastor yang baik hati untuk prosesi pemakaman yang sangat sederhana.

Saat pemakaman selesai dan kamar tidur si gadis kecil dirapikan, orang tuanya menemukan sebuah dompet lusuh, kumal dan sobek2. Dompet tersebut kemungkinan adalah dompet yang ditemukan oleh si gadis kecil ditempat sampah. Dalam dompet lusuh tersebut , ditemukan uang sejumlah 57 sen dan secarik kertas bertuliskan tangan yang ditulis oleh gadis kecil itu, isinya "uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil, agar gereja tersebut dapat diperbesar sehingga lebih banyak anak2 bisa datang kesekolah minggu". Selama 2 tahun sejak ia tidak dapat masuk kegereja itu, sigadis kecil menabungkan uangnya sampai sejumlah 57 sen untuk suatu maksud yang sangat mulia.

Ketika sang pastor membaca catatan kecil ini, matanya sembam dan ia sadar apa yang harus diperbuatnya. Dengan berbekal dompet tua dan catatan kecil itu, sang pastor berusaha memotifasi para pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan maksud mulia si gadis kecil untuk memperbesar bangunan gereja.

Ceritanya tidak berakhir sampai disini. Satu surat kabar besar mempublikasikan berita ini terus menerus. Akhirnya seorang pengembang yang membaca berita ini tergerak dan ia menawarkan lokasi di deket gereja kecil seharga 57 sen. Para jemaatpun dengan sukacita dan sukarela memberikan dana dan melakukan pemberitaan, akhirnya bagaikan bola salju yang bergulir, dalam 5 tahun terkumpul dana sebesar $250.000 (pada waktu itu setara dengan emas seberat 1 ton).

Cerita diatas merupakan hasil nyata tindakan "cinta kasih" seorang gadis kecil miskin, yang kekurangan makan dan tidak terawat, tetapi peduli dengan sesamanya yang menderita. Seringkali kita sebagai orang yang diberkati hanya memikirkan kebutuhan diri kita sendiri, kepuasan kita, gengsi kita tanpa pernah berpikir "adakah orang yang tidak bisa makan hari ini?" padahal jelas Tuhan berkati kita untuk bisa jadi saluran berkat bagi orang lain.

Bila kita pergi ke Philadelphia, kita akan melihat "Temple Baptist Church" dengan kapasitas duduk 3.300 orang , "Temple University" tempat beribu2 murid belajar, "Good Samarian Hospital" serta bangunan khusus sekolah minggu yang lengkap dengan beratus2 pengajar untuk memastikan tidak ada satu anakpun yang tidak mendapat tempat di sekolah minggu.

Dalam salah satu ruangan, tampak foto sigadis kecil, yang tabungannya sebesar 57 sen, namun dikumpulkan berdasarkan rasa "cinta kasih" sesama yang telah membuat sejarah. Tampak pula berjajar rapi foto sang pastor baik hati yang telah mengulurkan tangan kepada si gadis kecil miskin itu, yaitu pastor DR. Russel H. Conwell, penulis buku "Acres of Diamonds" ......A true story

"Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga"
Matius 18:4

By. DR. Russel H. Conwell

|
Quote of the Day